Rabu, 05 Oktober 2011

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU HAMIL DENGAN LETAK LINTANG


ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS
PADA IBU HAMIL DENGAN LETAK LINTANG 





 
Disusun Oleh :
Nama                   : Charolin
NIM                     : PO.0340209006 006
Ruangan              : Poli Kebidanan RSUD Curup


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI KEBIDANAN CURUP
TAHUN 2010/2011


LETAK LINTANG

A.      KONSEP TEORI
1.        Pengertian
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior) atau di bawah (dorsoinferior).
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain
Letak lintang merupakan salah satu malpresentasi janin yang dapat menyebabkan kelambatan atau kesulitan dalam persalinan. Letak lintang merupakan keadaan yang berbahaya karena besarnya kemungkinan risiko kegawatdaruratan pada proses persalinan baik pada ibu maupun janin.
Letak lintang adalah letak janin dengan posisi sumbu panjang tubuh janin memotong atau tegak lurus dengan sumbu panjang Ibu. Pada letak oblik biasanya hanya bersifat sementara, sebab hal ini merupakan perpindahan letak janin menjadi letak lintang atau memanjang pada persalinan.
Pada letak lintang, bahu biasanya berada di atas pintu atas panggul sedangkan kepala terletak pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain kondisi seperti ini disebut sebagai presentasi bahu atau presentasi akromion. Posisi punggung dapat mengarah ke posterior, anterior, superior, atau inferior, sehingga letak ini dapat dibedakan menjadi letak lintang dorso anterior dan dorso posterior

2.        Etiologi
Penyebab letak lintang adalah :
a.       Dinding abdomen teregang secara berlebihan disebabkan oleh kehamilan multivaritas pada ibu hamil dengan paritas 4 atau lebih terjadi insiden hampir sepuluh kali lipat dibanding ibu hamil nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung akibat multipara dapat menyebabkan uterus berali kedepan. Hal ini mengakibatkan defleksi sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir, sehingga terjadi posisi oblik atau melintang
b.      Janin prematur, pada janin prematur letak janin belum menetap, perputaran janin sehingga menyebabkan letak memanjang.
c.       Placenta previa atau tumor pada jalan lahir. Dengan adanya placenta atau tumor dijalan lahir maka sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.
d.      Abnormalitas uterus, bentuk dari uterus yang tidak normal menyebabkan janin tidak dapat engagement sehingga sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.
e.       Panggul sempit, bentuk panggul yang sempit mengakibakan bagian presentasi tidak dapat masuk kedalam panggul (engagement) sehingga dapat mengakibatkan sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.

3.      Insidensi
Pada penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.Pirngadi, Medan dilaporkan angka kejadian letak lintang sebesar 0,6 %; RS Hasan Sadikin bandung 1,9 %; RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1 % dari 12.827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3 % dan Holland 0,5-0,6 %.
Bila persalinan letak lintang dibiarkan tanpa pertolongan akan dapat menyebabkan kematian baik pada ibu maupun janin. Ruptur uteri, perdarahan dan infeksi berakibat fatal bagi ibu sedangkan pada janin bisa terjadi prolapsus umbilikus, asfiksia hingga berlanjut pada kematian janin.
Letak lintang terjadi rata-rata pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3%) baik di Mayo Clinic maupun di University of Iowa Hospital (Cruikshank dan White, 1973; Johnson, 1964). Di Parkland Hospital, dijumpai letak lintang pada 1 dari 335 janin tunggal yang lahir selama lebih dari 4 tahun. Janin letak lintang seringkali ditemukan dengan pemeriksaan USG pada awal gestasi. Angka kejadian meningkat jika janinnya prematur.
Beberapa Rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang, antara lain: RSUP Dr.Pirngadi, Medan 0,6 %; RS Hasan Sadikin Bandung 1,9 %; RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1 % dari 12.827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3 % dan Holland 0,5-0,6 %.
Sehingga dengan adanya insidensi letak lintang yang cukup tinggi sebagai tanaga kesehatan khususnya bidan haruslah mengetahui seluk beluk dari letak lintang tersebut sehingga dapat mendeteksi lebih dini jika terjadi kelainan letak lintang.

4.      Diagnosis
  1. Mudah ditegakkan bahkan dengan pemeriksaan inspeksi saja. Abdomen biasanya melebar kearah samping dan pundus uteri melebar di atas umbilikus
  2. Pemeriksaan abdomen dengan palpasi perasat leopold mendapatkan hasil :
1)      Leopold 1 pundus uteri tidak ditemukan bagian janin
2)      Leopold II teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka dan bokongpada fosa iliaka yang lain
3)      Leopold III dan IV tidak ditemukan bagian janin, kecuali pada saat persalinan berlangsung dengan baik dapat teraba bahu didalam rongga panggul. Bila pada bagian depan perut ibu teraba suatu dataran kerasyang melintang maka berarti punggung anterior. Bila pada bagian perut ibu teraba bagian – bagian yang tidak beraturan atau bagian kecil janin berarti punggung posterior
  1. Pada pemeriksaan dalam teraba bagian yang bergerigi yaiti tulang rusuk pada dada janin diatas pintu atas panggul pada awal persalinan. Pada persalinan lebih lanjut teraba klavikula.posisi aksilla menunjukkan kemana arah bahu janin menghadap tubuh ibu. Bila persalinan terus berlanjut bahu janin akan masuk rongga panggul dan salah satu lengan sering menumbun (lahir terlebih dahulu) kedalam vagina dan vulva

5.            Penatalaksanaan
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada atau tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan korset dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga apabila terjadi perubahan letak, segera dapat ditentukan prognosis dan penanganannya. Pada permulaan persalinan, masih dapat diusahakan mengubah letak lintang janin menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum pecah.
Pada primigravida, jika versi luar tidak berhasil sebaiknya segera dilakukan seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a.       Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap
b.      Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada waktu his, maka lebih sering terjadi ketuban pecah sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli
c.       Pada primigravida versi ekstraksi sulit dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetri yang bersangkutan baik, tidak didapat kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan lengkap untuk melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang ibu meneran atau bangun. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesaria. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung tekanan dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesaria. Dalam hal ini, persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan terjadi dengan lancar atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar, apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang.
Pada letak lintang kasep, bagian janin terendah tidak dapat didorong ke atas, dan tangan pemeriksa yang dimasukkan ke dalam uterus tertekan antara tubuh janin dan dinding uterus. Demikian pula ditemukan lingkaran Bandl yang tinggi. Berhubung adanya bahaya ruptur uteri, letak lintang kasep merupakan kontraindikasi mutlak melakukan versi ekstraksi. Bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesaria dengan segera.
Versi dalam merupakan alternatif lain pada kasus letak lintang. Versi dalam merupakan metode dimana salah satu tangan penolong masuk melalui serviks yang telah membuka dan menarik salah satu atau kedua tungkai janin ke arah bawah. Umumnya versi dalam dilakukan pada kasus janin letak lintang yang telah meninggal di dalam kandungan dengan pembukaan serviks lengkap. Namun, dalam keadaan tertentu, misalnya pada daerah-daerah terpencil, jika dilakukan oleh penolong yang kompeten dan berpengalaman, versi dalam dapat dilakukan untuk kasus janin letak lintang yang masih hidup untuk mengurangi risiko kematian ibu akibat ruptur uteri. Namun, pada kasus letak lintang dengan ruptur uteri mengancam, korioamnionitis dan risiko perdarahan akibat manipulasi uterus, maka pilihan utama tetaplah seksio sesaria.














B.       KONSEP ASKEB

KONSEP
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS
PADA IBU HAMIL DENGAN LETAK LINTANG

 I.    PENGKAJIAN
A.   Data Subjektif
1.    Identitas
2.    Alasan kunjungan/keluhan
3.    Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
4.    Riwayat Kehamilan sekarang
5.    Riwayat Kontrasepsi
6.    Riwayat Kesehatan

B.   Data Objektif
1.    Pemeriksaan umum
K/U BBL           : Lemah
Kesadaran         : CM
TTV                  :
Tekanan darah       : 100-120/60-90 mmHg
Nadi                      :  60-80 kali/menit
Pernafasan             : 16-24 kali/menit
Suhu                      : 36,0-370C
2.    Abdomen
Bentuk                  : biasanya melintang, perut membuncit ke samping
Strie Gravidarum  : Ada
Palpasi Leopold    :
Leopold I       : kosong
Leopold II     : kiri bulat, keras ,melenting, kanan : kurang bulat, lunak,                                 kurang melenting
Leopold III    : Kosong
Leopold IV    : teraba bagian yang memanjang dari kiri ke kanan
TFU                       : biasanya 1 Jari dibawah pusat
Mc Donald            : biasanya 20 cm
DJJ                        :
PM                                    : Setinggi pusat disebelah kiri
Frekuensi               : 120-160 x/ menit

   II.    INTERPRETASI DATA
A.   Diagnosa
Ny ‘…’ umur … tahun GPA… hamil…minggu JTH IU dengan kelaianan letak lintang.
Dasar :
DS
Ibu mengatakan :
1.    Nama Ny… umur ... tahun
2.    hamil anak ke…, tidak/pernah keguguran
3.    hamil.. bulan
DO
1.    HPHT….
2.    Bentuk abdomen : biasanya melintang, perut membuncit ke samping
Palpasi Leopold    :
Leopold I       : kosong
Leopold II     : kiri bulat, keras ,melenting, kanan : kurang bulat, lunak,                              kurang melenting
Leopold III    : Kosong
Leopold IV    : teraba bagian yang memanjang dari kiri ke kanan
TFU                       : biasanya 1 Jari dibawah pusat
Mc Donald            : biasanya 20 cm
Punctum maximum                       : Setinggi pusat disebelah kiri
B.   Masalah
Ibu mengatakan ibu mengalami nyeri tekan di perut sebelah kiri dan terasa gerakan janin di sebelah kanan.
C.   Kebutuhan
1.    Beri tahu hasil pemeriksaan
2.    KIE tentang posisi janin ibu
3.    Contoh posisi kneechest.
4.    KIE tentang komplikasi bagi ibu dan janin.
5.    Pemeriksaan USG
6.    Kunjungan ulang

 III.        MASALAH POTENSIAL
Ibu berpotensi dehidrasi, pireksia, sepsis, perdarahan antepartum, perdarahan post partum, ruptur uteri, kerusakan organ abdominal hingga kematian ibu, sedangkan pada janin dapat menyebabkan prematuritas, BBLR, prolapsus umbilikus, maserasi, asfiksia hingga kematian janin.

 IV.        TINDAKAN SEGERA
Penanganan sesuai masalah potensial

   V.    INTERVENSI

No
Tujuan/Kriteria
Intervensi
Rasionalisasi
Dx
Tujuan :
Kehamilan tetap berlangsung normal hingga persalinan dimulai

Kriteria :
1.          TTV normal
TD :
100-120/60-90 mmHg,
P :  60-80 x/m
RR : 16-24 x/m
T   : 36,0-370C
2.      Tidak terjadi komplikasi

1.       Beri tahu hasil pemeriksaan
2.       Jelaskan kepada ibu tentang posisi janin ibu
3.       Berikan contoh dan anjurkan ibu untuk melakukan kneechest.
4.       Jelaskan kepada ibu tentang komplikasi bagi ibu dan janin.

5.       Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG
6.       Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
1.    Ibu mengetahui keadaannya
2.    Ibu mengetahui posisi janinnya
3.    Agar ibu dapat melakukan posisi kneechest
4.    Agar ibu mengetahui tentang komplikasi bagi ibu dan janin
5.    Agar hasil pemeriksaan lebih meyakinkan
6.    Agar keadaan ibu tetap terpantau


 VI.    IMPLEMENTASI
Sesuai intervensi

VII.    EVALUASI
-

















ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS
PADA IBU HAMIL DENGAN LETAK LINTANG

Tanggal        :
Tempat         :
Pengkaji       :
No.Reg        :


 I.    PENGKAJIAN
A.   Data Subjektif
7.    Identitas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar